Sahabat, jangan pernah mengatakan kita pasrah pada kehendak Tuhan, padahal sesungguhnya kita sudah tidak punya iman lagi.
Ya, benar! Seringkali kita rancu mengartikan iman, secara khusus ketika kita harus mengambil sebuah tindakan: memilih untuk menerima kehendak Tuhan ataukah harus memperjuangkan iman kita?
Jika kita tidak menerima kehendak Tuhan seolah kita sedang memaksa Tuhan. Sebaliknya jika kita pasrah saja, seolah kita tidak beriman. Kita pun sering menyalah artikan ayat Firman Tuhan untuk pasrah (cth. 2 Korintus 12: 9 , dibaca ya).
Padahal, kadang kala Tuhan menghendaki agar kita melangkah dengan iman dan memperjuangkan keyakinan kita kepada Tuhan, bukannya menyerah begitu saja dengan dalih pasrah pada kehendak Tuhan.
Komentar