Kepulauan Nias kembali bergemuruh dengan adanya aksi unjuk rasa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Pembangunan Nias (AMP Nias) pada Kamis (23/10).

Hal ini menjadi bukti nyata kekecewaan mendalam masyarakat terhadap proyek pembangunan dan peningkatan 6 ruas jalan provinsi senilai Rp165 miliar lebih dan 1 jembatan Noyo di Nias Barat.

Dugaan praktik koruptif dan pelanggaran spesifikasi teknis memicu kemarahan, dengan tujuh tokoh aktivis terkemuka tampil sebagai garda depan penyuar aspirasi. Pembangunan ini mencakup beberapa ruas jalan utama, antara lain:

  1. Gunungsitoli – Afia
  2. Afia – Tuhemberua
  3. Miga – Lolowua
  4. Lolowua – Dola
  5. Dola – Duria
  6. Hilimbuasi – Mandrehe
  7. Jembatan Noyo di Nias barat

Aksi yang dipusatkan di depan kantor UPTD PUPR Gunungsitoli ini, dihadiri ratusan massa dari berbagai elemen yang membawa spanduk dan poster bernada kecaman. Tujuh tokoh aktivis handal, dengan reputasi yang tak diragukan lagi, bergantian menyampaikan orasi yang membakar semangat.

Aktivis Muda, Yason Yonatan Gea dengan nada berapi-api melontarkan sindiran tajam yang mengkritik keras sikap egois dan materialistis yang diduga menjadi penyebab utama masalah ini.

“Sepanjang perut saudara berada di depan, maka yakinlah itu yang diutamakan, terkecuali kalau perut saudara berada di belakang,” kata Yason.

Aktivis Muda yang terkenal dengan kritikan tajamnya, Helpin Zebua menyampaikan, bahwa sebagai masyarakat Nias, merasa geram melihat jalan yang seharusnya menjadi urat nadi perekonomian, justru diduga jadi ladang korupsi.

“Jangan biarkan oknum oknum tertentu mencuri keuntungan besar di proyek ini, karena itu sama saja mencuri masa depan kami,” teriak Helpin.

Selain itu, Ketua Projo Nias sekaligus Koordinator Aliansi masyarakat Peduli Nias, Darwis Zendraato dengan lantang dan tegas menyampaikan orasinya.

“Matahari terik membakar kulit, tapi lebih panas lagi hati ini melihat proyek jalan yang seharusnya menjadi kebanggaan, justru menjadi sumber masalah. Biadablah orang yang bisa tidur nyenyak, makan enak, sementara di sini kami berjuang menuntut hak atas infrastruktur yang layak,” ucap Darwis.

“Biadablah mereka yang menutup mata dan telinga, tidak peduli dengan jeritan masyarakat yang setiap hari melewati jalan rusak, berdebu, dan membahayakan nyawa. Biadablah mereka yang aktif ‘bermain’ di balik proyek ini, mengeruk keuntungan pribadi tanpa memikirkan dampaknya bagi kami, masyarakat kecil. Kalian telah mengkhianati amanah rakyat,” sambung Darwis.

Koordinator lapangan AMP Nias, Notatema Lase yang juga dikenal sebagai aktivis senior menegaskan, pihaknya akan terus mengawal kasus ini sampai tuntas.